KONSEP PEMBELAJARAN
A.
LATAR
BELAKANG
Bidang
pendidikan di indonesia yang banyak memperbincangkan rendah nya mutu pendidikan
yang tercermin dari rendah nya rata–rata prestasi belajar.
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi yang
diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi
antara pendidik dengan peserta didik. Satu kesatuan dari proses komunikasi
belajar mengajar yang bertumpu pada tujuan pendidikan yaitu media pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah satu peran
yang dimiliki oleh seorang dosen atau guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah
sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya
dengan optimal mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Masalah lain
adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi
peran dosen atau guru. Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas
utama dosen atau guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan
yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswa,
Dosen atau guru lebih banyak menempat kan peserta didik sebagai objek dan
bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada
peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan
kemampuan berpikir menyeluruh, kreatip, objektif dan logis, belum
memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik
dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar
secara individual.B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang diurai di atas maka disusun rumusan masalah “KONSEP
PEMBELAJARAN DI KELAS”C.
TUJUAN
Mengetahui
apa itu konsep pembelajaran di kelasD.
MANFAAT
Manfaat
dari penulisan makalah ini yaitu memberikan pengetahuan kepada mahasiswa atau
para pembaca tentang bagaimana konsep pembelajaran pada mahasiswa. BAB IIPEMBAHASANA. PENGERTIAN
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi
yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat
belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun
proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi
antara pengajar dengan peserta didik.Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan
kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan
pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada
keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui
perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran
yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru
akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
B. KLASIFIKASI PEMBELAJARAN
Proses
pembelajaran melibatkan aspek mental, fizikal, emosi dan sosial. Secara umumnya
pembelajaran boleh dikelaskan kepada 3 jenis yaitu:ü Pembelajaran Formal
ü Pembelajaran Informal (Tak Formal)
ü Pembelajaran Non-Formal (Bukan
Formal)
C. Prinsip
- Prinsip PembelajaranBerikut ini
adalah prinsip umum pembelajaran yang penulis rangkum dari beberapa pakar
pembelajaran yang meliputi:
1. Perhatian
dan MotivasiPerhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak
mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih
lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan
perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa
tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut
perlu dibangkitkan perhatiannya. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan
faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang
besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih
stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak
stimuli yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk
mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang
akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya.
Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar
matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban
bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai
tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan
tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari
observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia
akan :
ü
bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai
perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan
belajar;
ü
berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup
untuk melakukan kegiatan tersebut;
ü
Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut
terselesaikan.
Motivasi
dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta
didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan sebagainya.
Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan,
memberikan insentif dan juga motivasi berprestasi.
2. KeaktifanMenurut
pandangan psikologi anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan
untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak
bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri. John Dewey
mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru
hanya sebagai pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar
menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima,
tidak hanya menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak
memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu
mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum "law of
exercise"-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan.
Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan
berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Artinya dalam kegiatan
belajar diperlukan adanya latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang
dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin
paham. Hal ini juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc.Keachie bahwa individu
merupakan "manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu". Dalam
proses belajar, siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa
kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan
suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan lain
sebagainya.
3. Keterlibatan
Lngsung/PengalamanBelajar
haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa
dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya
mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar
membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam
pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya
mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe. Pembelajaran yang efektif
adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena
dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat
mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini
juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki
potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi
kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut.
Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan
dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu
harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan
sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri.
Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa "mengalami sendiri apa
yang dipelajarinya" bukan "mengetahui" dari informasi yang
disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan belajar
dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah
mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif
dalam proses belajar di sekolah. Dari berbagai pandangan para ahli tersebut
menunjukkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh
John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar sebaiknya dialami
melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip
ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak
pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan
dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman belajar adalah
sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang
kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar,
70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.
Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka
peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya mendengarkan.
Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu dan
melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.
SEMOGA BERMANFAAT :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar